Heyy , Welcome to my blogger

Yusuef || XI TKJ 1 KALIBER

Heyy , Welcome to my blogger

Yusuef || XI TKJ 1 KALIBER

Heyy , Welcome to my blogger

Yusuef || XI TKJ 1 KALIBER

Heyy , Welcome to my blogger

Yusuef || XI TKJ 1 KALIBER

Heyy , Welcome to my blogger

Yusuef || XI TKJ 1 KALIBER

Senin, 09 Maret 2015

Lelaki Sebagai Pemimpin



Assalamualaikum Wr.Wb
Jumpa lagi dengan blogger saya disini saya akan mengulas tentang Lelaki sebagai pemimpin kaum hawa
Tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa menikah berarti menjalani hidup baru. Karena dalam kehidupan pasca-pernikahan memang dijumpai banyak hal yang sebelumnya tidak didapatkan saat melajang. Tentunya semua itu bisa dirasakan oleh mereka yang telah membangun mahligai rumah tangga.

Pernikahan juga merupakan kehidupan orang dewasa. Sebab, banyak hal yang harus dihadapi dan diselesaikan dengan pikiran orang yang dewasa, bukan dengan pikiran kanak-kanak. Masalah hubungan suami-istri, pendidikan anak, ekonomi keluarga, hubungan kemasyarakatan, dan lain sebagainya, mau tidak mau akan hadir dalam kehidupan mereka yang telah berkeluarga.

Maka, tidak salah pula bila dikatakan untuk menikah itu butuh ilmu syar‘i, baik pihak istri maupun pihak suami sebagai qawwam (pemimpin) bagi keluarganya. Karena dengan ilmu yang disertai amalan, akan tegak segala urusan dan akan lurus jalan kehidupan. Namun sangat disayangkan, sisi yang satu ini sering luput dari persiapan dan sering terabaikan, baik sebelum pernikahan terlebih lagi pasca-pernikahan.

Pendidikan Keluarga
Allah l berfirman:
“Kaum laki-laki (suami) adalah qawwam1 bagi kaum wanita (istri).” (an-Nisa’: 34)
Salah satu tugas suami sebagai qawwam adalah memberikan pendidikan agama kepada istri dan anak-anaknya, meluruskan mereka dari penyimpangan, serta mengenalkan mereka kepada kebenaran. Karena Allah l telah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (at-Tahrim: 6)

Menjaga keluarga yang dimaksud dalam butiran ayat yang mulia ini adalah dengan cara mendidik, mengajari, memerintahkan mereka, dan membantu mereka untuk bertakwa kepada Allah l, serta melarang mereka dari bermaksiat kepada-Nya. Seorang suami wajib mengajari keluarganya tentang perkara yang di-fardhu-kan oleh Allah l. Bila ia mendapati mereka berbuat maksiat segera dinasihati dan diperingatkan. (Tafsir ath-Thabari, 28/166, Ruhul Ma‘ani, 28/156)

Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di t berkata, “Menjaga jiwa dari api neraka bisa dilakukan dengan mengharuskan jiwa tersebut untuk berpegang dengan perintah Allah l, melaksanakan apa yang diperintahkan, menjauhi apa yang dilarang, serta bertaubat dari perkara yang mendatangkan murka dan azab-Nya. Di samping itu, menjaga istri dan anak-anak dilakukan dengan cara mendidik dan mengajari mereka, serta memaksa mereka untuk menaati perintah Allah l. Seorang hamba tidak akan selamat kecuali bila ia menegakkan perkara Allah l pada dirinya dan pada orang-orang yang berada di bawah perwaliannya seperti istri, anak-anak, dan selain mereka.” (Taisir al-Karimir Rahman, hlm. 874)

Ayat ini menunjukkan wajibnya suami mengajari anak-anak dan istri tentang perkara agama, kebaikan, serta adab yang dibutuhkan. Hal ini semisal dengan firman Allah l kepada Nabi-Nya n:
“Perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan shalat dan bersabarlah dalam menegakkannya.” (Thaha: 132)
“Berilah peringatan kepada karib kerabatmu yang terdekat.” (asy-Syu’ara: 214)

Ini menunjukkan keluarga yang paling dekat dengan kita memiliki kelebihan dibandingkan lainnya dalam hal memperoleh pengajaran dan pengarahan untuk taat kepada Allah l. (Ahkamul Qur’an, 3/697)
Malik Ibnul Huwairits z mengabarkan, “Kami mendatangi Rasulullah n dan ketika itu kami adalah anak-anak muda yang sebaya. Lalu kami tinggal bersama beliau di Kota Madinah selama sepuluh malam. Kami mendapati beliau n adalah seorang yang penyayang lagi lembut. Saat sepuluh malam hampir berlalu, beliau menduga kami telah merindukan keluarga kami karena sekian lama berpisah dengan mereka. Beliau pun bertanya tentang keluarga kami, maka cerita tentang mereka pun meluncur dari lisan kami. Setelahnya beliau n bersabda:
ارْجِعُوْا إِلَى أَهْلِيْكُمْ فَأَقِيْمُوا فِيْهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ
“Kembalilah kalian kepada keluarga kalian, tinggallah di tengah mereka dan ajari mereka, serta perintahkanlah mereka.” (Sahih, HR. al-Bukhari no. 628 dan Muslim no. 674)

Dalam hadits di atas, Nabi n memerintahkan kepada sahabatnya untuk memberikan taklim (pengajaran) kepada keluarga dan menyampaikan kepada mereka ilmu yang didapatkan saat bermajelis dengan seorang alim.
Dengan penjelasan yang telah lewat, dapat dipahami bahwa seorang suami/ kepala rumah tangga harus memiliki ilmu yang cukup untuk mendidik anak istrinya, mengarahkan mereka kepada kebenaran, dan menjauhkan mereka dari penyimpangan.

Namun sangat disayangkan, kenyataan yang kita lihat banyak kepala keluarga yang melalaikan hal ini. Yang ada di benak mereka hanyalah bagaimana mencukupi kebutuhan materi keluarganya semata sehingga mereka tenggelam dalam perlombaan mengejar dunia, sementara kebutuhan spiritual tidak masuk dalam hitungan. Anak dan istri mereka hanya dijejali dengan harta dunia, bersenang-senang dengannya, namun bersamaan dengan itu mereka tidak mengerti tentang agama.

Paling tidak, bila seorang suami tidak bisa mengajari keluarganya, mungkin karena kesibukannya atau keterbatasan ilmunya, ia mencarikan pengajar agama untuk anak istrinya, atau mengajak istrinya ke majelis taklim, menyediakan buku-buku agama, kaset-kaset ceramah/taklim sesuai dengan kemampuannya, serta menganjurkan keluarganya untuk membaca/mendengarnya.

Mendidik Istri
Memasuki masa-masa awal pernikahan, semestinya seorang suami telah merencanakan pendidikan agama bagi istrinya. Minimalnya ia mempunyai pandangan ke arah sana. Sebelum menjadi seorang ayah, semestinya ia telah menyiapkan istrinya untuk menjadi pendidik anak-anaknya kelak karena
الْأُمُّ مَدْرَسَةٌ
“Ibu adalah madrasah (sekolah) bagi anak-anaknya,” kata penyair Arab.

Perlu juga diperhatikan bahwa mendapatkan pengajaran agama termasuk salah satu hak istri yang seharusnya ditunaikan oleh suami dan termasuk hak seorang wanita yang harus ditunaikan walinya. Namun pada praktiknya, hak ini seringkali tidak terpenuhi sebagaimana mestinya. Sehingga tepat sekali ucapan asy-Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi‘i t yang membagi manusia menjadi tiga macam dalam mengurusi wanita:

Pertama: Mereka yang melepaskan wanita begitu saja sekehendaknya, membiarkannya bepergian jauh tanpa mahram, bercampur-baur di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, di tempat kerja seperti kantor dan rumah sakit. Sehingga mengakibatkan rusaknya keadaan kaum muslimin.

Kedua: Mereka yang menyia-nyiakan wanita tanpa taklim, membiarkannya seperti binatang ternak, sehingga tidak tahu sedikit pun kewajiban yang Allah l bebankan atasnya. Wanita seperti ini akan menjatuhkan dirinya kepada fitnah dan penyelisihan terhadap perintah-perintah Allah l, bahkan akan merusak keluarganya.

Ketiga: Mereka yang memberikan pengajaran agama kepada wanita sesuai dengan kandungan Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena melaksanakan perintah Allah l:
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (at-Tahrim: 6)

Juga karena Rasulullah n bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya/dimintai tanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.”2 (Sahih, HR. al-Bukhari no. 893 dan Muslim no. 1829) [Nashihati lin Nisa’, Ummu ‘Abdillah al-Wadi’iyyah, hlm. 7—8]
Seorang istri perlu diajari tentang perkara yang dibutuhkannya dalam kehidupan sehari-hari, siang dan malamnya. Tentang tauhid, bahaya syirik, maksiat, dan penyakit-penyakit hati berikut pengobatannya. Rasulullah n sendiri menyediakan waktu khusus untuk mengajari para wanita. Abu Sa’id al-Khudri z mengisahkan tentang kedatangan seorang wanita kepada Rasulullah n, lalu ia berkata,
يَا رَسُولَ اللهِ، ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيْثِكَ، فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَأْتِيْكَ فِيْهِ تُعَلِّمُنَا مِمَّا عَلَّمَكَ اللهُ. فَقَالَ: اجْتَمِعْنَ فِيْ يَوْم كَذَا وَكَذَا، فِيْ مَكَانِ َكَذَا. فَاجْتَمَعْنَ فَأَتَاهُنَّ فَعَلَّمَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ
“Wahai Rasulullah! Kaum laki-laki telah pergi membawa haditsmu, maka berikanlah untuk kami satu hari yang khusus di mana kami dapat mendatangimu untuk belajar kepadamu dari ilmu yang telah Allah ajarkan kepadamu.” Beliau pun bersabda, “Berkumpullah kalian pada hari ini dan itu, di tempat ini (yakni beliau menyebutkan waktu dan tempat tertentu).” Hingga mereka pun berkumpul pada hari dan tempat yang dijanjikan untuk mengambil ilmu dari beliau sesuai dengan apa yang diajarkan Allah kepada beliau. (Sahih, HR. al-Bukhari no. 101 dan Muslim no. 2633)
Bahkan istri-istri Rasulullah n “lahir” dari madrasah nubuwwah dan mereka menuai bekal ilmu yang banyak, terutama Ummul Mukminin Aisyah x yang besar dalam asuhan madrasah yang mulia ini. Sepeninggal suami mereka, Rasulullah n, mereka menjadi pendidik umat bersama dengan para sahabat yang lain. Semoga Allah l meridhai mereka.

Gambaran Pengajaran Seorang Alim terhadap Keluarganya
Para pendahulu kita yang saleh (salafunash shalih) sangat mementingkan pendidikan agama bagi keluarga mereka. Di samping mereka berdakwah kepada umat di luar rumah, mereka juga tidak melupakan orang-orang yang berada dalam rumah mereka (keluarga). Tidak seperti kebanyakan manusia pada hari ini yang sibuk dengan urusan mereka di luar rumah sehingga melalaikan pendidikan istrinya.

Bahkan sangat disayangkan hal ini juga menimpa keluarga da’i. Ia sibuk berdakwah kepada masyarakatnya sementara istrinya di rumah tidak mengerti tata cara shalat yang diajarkan oleh Nabi n, tidak tahu cara menghilangkan najis, dan sebagainya. Yang lebih parah, istri atau anaknya tidak mengerti tentang tauhid dan syirik3. Bandingkan dengan apa yang ada pada salaf!

Lihatlah keluarga al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani t. Beliau demikian bersemangat menyebarkan ilmu di tengah keluarga dan kerabatnya sebagaimana semangatnya menyampaikan ilmu kepada orang lain. Kesibukan beliau dalam dakwah di luar rumah dan dalam menulis ilmu tidaklah melalaikan beliau untuk memberi taklim kepada keluarganya. Dari hasil pendidikan ini, lahirlah dari keluarga beliau orang-orang yang terkenal dalam ilmu, khususnya ilmu hadits, seperti saudara perempuannya, Sittir Rakb bintu ‘Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Hajar al-’Asqalani, istrinya Uns bintu al-Qadhi Karimuddin Abdul Karim bin ‘Abdil ‘Aziz, putrinya Zain Khatun, Farhah, Fathimah, ‘Aliyah, dan Rabi’ah. (Inayatun Nisa’ bil Haditsin Nabawi, hlm. 126—127)

Lihat pula bagaimana Sa’id Ibnul Musayyab t membesarkan dan mengasuh putrinya dalam buaian ilmu. Hingga ketika menikah, suaminya mengatakan ia mendapati istrinya adalah orang yang paling hafal dengan kitabullah, paling mengilmuinya, dan paling tahu tentang hak suami. (al-Hilyah, 2/167—168, as-Siyar, 4/233—234)
Demikian pula kisah keilmuan putri al-Imam Malik t. Dengan bimbingan ayahnya, ia dapat menghafal al-Muwaththa’ karya sang Imam. Bila ada murid al-Imam Malik membacakan al-Muwaththa’ di hadapan beliau, putrinya berdiri di belakang pintu mendengarkan bacaan tersebut. Hingga ketika ada kekeliruan dalam bacaan ia memberi isyarat kepada ayahnya dengan mengetuk pintu. Maka ayahnya (al-Imam Malik) pun berkata kepada si pembaca, “Ulangi bacaanmu, karena ada kekeliruan.” (Inayatun Nisa’, hlm. 121)

LDR , JOMBLO , PACARAN



Dunia indah banget buat yang lagi pacaran.
Buat LDR ( yaitu Long Distance Relationship, dalam bahasa Indonesia bisa diartikan Hubungan Jarak Jauh ) masih mending lah ya, masih ada yg dipanggil bebeb, sayang atau cinta.
Sedangkan yang jomblo gimana?
Begini ilustrasi singkatnya.
Pacaran : kencan
LDR : telponan
Jomblo : ngaji
Pacaran : main lari-larian
LDR: main skype
Jomblo: main remi, digrebek, dipenjara
Pacaran = i want marry with you
LDR = i want beside you right know
Jomblo = i.. waak peyek.. i wak peyeek..
Pacaran : jalan bareng seharian
LDR : telepon seharian
Jomblo : gak mandi seharian
#bangun tidur
Pacaran = *sms* pgi beb, bngun dong :*
LDR = *telp* sayang met pagi
Jomblo = saya dimana! saya buta! *trnyt msh merem*
#malem minggu
Pacaran = makan berdua
LDR = makan sendiri2
Jomblo = makan ati liat mereka
#pas ujian
Pacaran = malah smsan
LDR = telponan
Jomblo = serius ngerjain
Pacaran = bales sms pacar
LDR = angkat telpon pacar
Jomblo = ngecek pulsa doang
Pacaran = dandan rapi mau kencan
LDR = dandan rapi mau ketemuan
Jomblo = dandan rapi mau seminar MLM
Pacaran = bikin janji
LDR = bikin komitmen
Jomblo = bikin onar, digebukin, mati
Pacaran = siapin pakaian buat kencan
LDR = siapin hape buat telponan
Jomblo = Siapin tambang buat�.. ah ga tega ngomongnya wkwkwkwkkw..
Pacaran = mesra-mesraan
LDR = kangen-kangenan
Jomblo= bunuh-bunuhan
Pacaran = sayang, makan di sini aja ya
LDR = sayang, met makan ya
Jomblo = Woooi nitip cendol dua
Pacaran = makan dimna kita beb?
LDR = *telepon* dah makan belum?
Jomblo = *ngedumel* makan hatii�gw makan hati liat lo pada!
#ditanya
Pacaran = pcrnya mna ? lagi kuliah
LDR = pcrnya mn? nih lagi tlpn
Jomblo = pcrnya mna? rahasia, rahasia apa? RAHASIA ILAHI
Pacaran = pura-pura ngambek
LDR = pura-pura cuek
Jomblo = pura-pura gila
Pacaran = sayang, ntar malem jalan yuk
LDR = sayang, aku kangen
Jomblo = sayang anak, sayang anak, sayang anak, #JualanBalon
Pacaran = pamer pacar ke temen
LDR = pamer foto pacar ke sodara
Jomblo = pamer foto Nabila JKT48. haahahahahahahaa
Pacaran = telfon pacar ah
LDR = telfon gebetan ah
Jomblo = telfon operator ah
Pacaran = meluk pacar
LDR = meluk guling
Jomblo= meluk hansip di pos ronda
Pacaran = liburan bareng
LDR = liburan ke rumah pacar
Jomblo = jadi calo tiket, ditangkep polisi, dipenjara
Pacaran = beb, jalan2 yuk aku yang traktir
LDR = beb ketemuan yuk ,dibayarin kok
Jomblo = Bro, traktir makan dong, bokek nih
Pacaran = beb, liat tuh bunga mawarnya
LDR = beb, disini aku liat bunga anggrek lho
Jomblo = foto2 sama bunga, bunga bangkai
Pacaran = sepiring berdua
LDR = sepiring masing2
Jomblo = sepiring gak abis2, ga doyan makan,
*BAJU*
Pacaran: tulisan I LOVE U
LDR: tulisan I MISS U
Jomblo: tulisan PARTAI NASDEM GERAKAN PERUBAHAN -§§- #JLEb
Pacaran : ngobrol sama pacar
LDR: chatting sama yayank
JOMBLO: ngomong sama tembok
#pas dikondangan
Pacaran: ini kenalin, pasangan gw sekarang
LDR: wah maaf pasangan gw ga bisa dateng
JOMBLO: trus trus, bales kiri, ya, op!. (jadi tukang parkir )
#pas berdoa
Pacaran: ya Tuhan, semoga cinta kami abadi
LDR: ya Tuhan, jagalah dia selalu
JOMBLO: ya Tuhan, semoga dia jodohku, kalau bukan jodohku masa Engkau tega banget sih
# lagi mancing
Pacaran : 1 alat pancing dipakai berdua
LDR : mancing sambil bayangin muka pacar
Jomblo : Nyebur ke kolam barangkali nemu putri duyung
#Maen Game Online
Pacaran : sayang, udah donk maennya !!!
LDR : (lg telp) beb, jangan lama2 yah maennya :*
Jomblo : Mas, udah 3 hari ente disini..
#Di Cafe
Pacaran : Say, romantis banget yah suasanya
LDR : Beb, ak lg ditempat kita jadian dulu
Jomblo : Mbak, nasi putih 1, gw udah bawa lauk sendiri
Pacaran = ya Tuhan aku sayang dia
LDR = ya Tuhan aku kangen dia
Jomblo = ya Tuhan aku kapan punya pacar ?
#Malem minggu hujan
Pacaran : yah hujan,bsk aj kita ya kluarnya
LDR : hujan, cancel dulu ya ketemunya
Jomblo : RASAIN !! pada ga bisa kluar. haha

Selasa, 03 Maret 2015

Selamat Datang



Hello kawan jumpa lagi dengan saya , yusuef . Sang pemilik akun ini . Oke disini saya memberikan ucapan kepada anda semua
selamat datang di blog saya :D
Disini banyak postingan yang mengenai kehidupan saya , pengalaman saya , dan sekeliling saya .
Saya memposting dunia IT ? Tau kan dunia IT
Dunia dimana teknolgi menjadi pemeran utama heheheh . juga ada galeri lho . digaleri ini saya akan memposting perjalanan saya , eisih perjalanan emang my trip my adventure heheh :p 
pokok tetep stay di blog ini banyak sekali postingan yang membuat anda terkejut ataupun membeuat kalian tertawa heheh :P